Puasa dalam bahasa Indonesia di kalangan umat Islam adalah terjemah dari kata shaum atau shiyaam. Terjemah tersebut tidaklah tepat sama, namun terjemahan memang hanya pendekatan kata, bukan mewakili seratus prosen makna aslinya. Walau demikian, tidaklah perlu dijadikan keributan dan permasalahan besar bila tidak menimbulkan salah makna dan salah paham dalam komunikasi.
Dalam makna fiqh (hukum amal zhahir), puasa adalah menahan diri
dari makan, minum dan berhubungan suami istri dari sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari. Inilah makna puasa sebagai sebuah amal lahir.
Dalam pemaknaan batin, puasa merupakan
seperempat dari iman. Hal ini merujuk pada hadits :
الصوم نصف الصبر ﴿ رواه الترميذي
و ابن ماجه ﴾
“Puasa adalah setengah dari sabar” (HR
At-Tirmidzi dan Ibn Majah)
الصبر نصف الايمان ﴿ رواه ابونعيم في
الحلية و الخطيب في التارخ ﴾
“Sabar adalah setengah dari iman” (HR Abu
Nu’aim dalam al hilyah dan Al-Khathib dalam At-Tarikh)
Iman memiliki dua ekspresi, yaitu sabar
dan syukur. Sabar memiliki dua ekspresi, yaitu yang mengerjakan dan
meninggalkan (menahan diri). Bagian dari menahan diri inilah yang diekspresikan
secara lahiriyyah dengan berpuasa.
Dengan berpuasa ini dikendalikan dan
dibentengi dari godaan syetan yang mengalir sebagaimana aliran darah
sebagaimana riwayat :
اِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَجْرِيْ مِنِ ابْنِ أدَمَ مَجْرَى
الدَّمِّ ﴿
متفق عليه ﴾
“Sungguh syetan mengalir pada anak manusia sebagaimana aliran darah” (Muttafaq ‘alaih)
فَضَيِّقُوْا مَجَارِيْهِ بِالْجُوْعِ
“Maka sempitkanlah aliran-alirannya dengan lapar”
Sehingga kita memahami bahwa puasa adalah pintu ibadah sebagaimana riwayat :
اِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ بَابًا وَ بَابُ الْعِبَادَةِ
الصَّوْمُ ﴿
رواه ابن المبارك و هناد ﴾
“Sungguh bagi segala sesuatu ada pintunya. Dan pintu ibadah adalah puasa” (HR Ibn Al-Mubarak dan Hinad)
Selain itu, puasa adalah benteng yang mendindingi dari adzab Allah sebagaimana riwayat :
الصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنْ عَذَابِ اللهِ ﴿ رواه
البيهقي ﴾
“Puasa adalah benteng dari adzab Allah” (HR Al-Baihaqi)
Wallaahu a'lamu bish shawaab
Referensi :
Wallaahu a'lamu bish shawaab
Referensi :
- Ihyaau uluumiddiin karya Imam Al-Ghazali qs
- Ittihaafus saadatil muttaqiin karya Imam Murtadha Az-Zubaidi
